Setiapumat islam yang sudah baligh diwajibkan baginya untuk melaksanakan ibadah shalat, bahkan dalam keadaan sakit pun ibadah shalat wajib dilaksanakan. Tata Cara Shalat Orang Yang Sakit Orang yang sakit wajib mengerjakan shalat fardhu dalam keadaan berdiri, walaupun miring atau bertumpu pada dinding atau tongkat.
Agama Islam penuh dengan kemudahan. Semua yang diperintahkan dalam Islam disesuaikan dengan kemampuan hamba. Allah Ta’ala berfirmanفَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ“Maka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmu” QS. At Taghabun 16.Termasuk dalam ibadah shalat, ibadah yang paling agung dalam Islam. Terdapat banyak kemudahan dan keringanan di dalamnya. Dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai kemudahan dan keringanan shalat bagi orang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatKeringanan-Keringanan Bagi Orang Yang SakitTata Cara Shalat Bagi Orang SakitOrang Yang Sakit Tetap Wajib ShalatShalat diwajibkan kepada semua Muslim yang baligh dan berakal. Merekalah mukallaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah orang yang bukan mukallaf, yaitu anak yang belum baligh dan orang yang tidak berakal. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabdaرُفعَ القلمُ عن ثلاثةٍ عن النائمِ حتى يستيقظَ ، وعن الصبيِّ حتى يحتلمَ ، وعن المجنونِ حتى يعقِلَ“Pena catatan amal diangkat dari tiga jenis orang orang yang tidur hingga ia bangun, anak kecil hingga ia baligh, dan orang gila hingga ia berakal” HR. An Nasa-i no. 7307, Abu Daud no. 4403, Ibnu Hibban no. 143, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 3513.Demikian juga yang dibolehkan untuk meninggalkan shalat adalah wanita haid dan nifas. Ibunda Aisyah radhiallahu’anha pernah ditanya,أَتَجْزِى إِحْدَانَا صَلاَتَهَا إِذَا طَهُرَتْ فَقَالَتْ أَحَرُورِيَّةٌ أَنْتِ كُنَّا نَحِيضُ مَعَ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – فَلاَ يَأْمُرُنَا بِهِ“Apakah kami perlu mengganti shalat kami ketika sudah suci?” Aisyah menjawab, “Apakah engkau seorang wanita Haruriyah Khawarij? Dahulu kami mengalami haid di masa Nabi shallallahualaihi wasallam, namun beliau tidak memerintahkan kami untuk menggantinya” HR. Al Bukhari no. 321.Ummu Salamah radhiallahu’anha juga mengatakanكانت النفساء تجلس على عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم أربعين يوما“Dahulu wanita yang sedang nifas di masa Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam duduk tidak shalat selama 40 hari” HR. Ibnu Majah no. 530, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Ibnu Majah.Maka kita lihat ternyata orang sakit tidak dikecualikan. Sehingga tidak ada udzur untuk meninggalkan shalat selama ia baligh, berakal, tidak haid, dan tidak Bagi Orang Yang Sakit1. Dibolehkan untuk tidak shalat berjamaah di masjidShalat berjama’ah wajib bagi lelaki. Namun dibolehkan bagi lelaki untuk tidak menghadiri shalat jama’ah di masjid lalu ia shalat di rumahnya jika ada masyaqqah kesulitan seperti sakit, hujan, adanya angin, udara sangat dingin atau Ibnu Umar radhiallahu’anhumaكَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّنًا يُؤَذِّنُ ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ ‏‏ ” أَلَا صَلُّوا فِي ‏‏الرِّحَالِ ‏” فِي اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ أَوْ الْمَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ“Dahulu Nabi memerintahkan muadzin beradzan lalu di akhirnya ditambahkan lafadz /shalluu fii rihaalikum/ shalatlah di rumah-rumah kalian ketika malam sangat dingin atau hujan dalam safar” HR. Bukhari no. 616, Muslim no. 699.Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkataخرجنا مع رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ في سفرٍ . فمُطِرْنا . فقال” ليُصلِّ من شاء منكم في رَحْلِه““Kami pernah safar bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu turunlah hujan. Beliau besabda bagi kalian yang ingin shalat di rumah dipersilakan” HR. Muslim no. 698.Syaikh Abdul Aziz bin Baz menjelaskanصلوا في بيوتكم إذا كان فيه مشقة على الناس من جهة المطر أو الزلق في الأسواق“Shalatlah di rumah-rumah kalian, maksudnya jika ada masyaqqah kesulitan yang dirasakan orang-orang, semisal karena hujan, atau jalan yang licin.”[1]Dan kondisi sakit terkadang menimbulkan masyaqqah untuk pergi ke masjid. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam pun ketika beliau sakit parah, beliau tidak shalat di masjid, padahal beliau yang biasa mengimami orang-orang. Beliau memerintahkan Abu Bakar untuk menggantikan posisi beliau sebagai imam. Aisyah radhiallahu’anha berkataأن رسولَ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم قال في مرَضِه مُروا أبا بكرٍ يصلِّي بالناسِ “Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika sakit beliau bersabda perintahkan Abu Bakar untuk shalat mengimami orang-orang” HR. Bukhari no. 7303.Ibnu Abbas radhiallahu’anhu mengatakanلقد رَأيتُنا وما يتخلَّفُ عن الصَّلاةِ إلا منافقٌ قد عُلِمَ نفاقُهُ أو مريضٌ“Aku melihat bahwa kami para sahabat memandang orang yang tidak shalat berjama’ah sebagai orang munafik, atau sedang sakit” HR. Muslim no. 654.Dalil-dalil ini menunjukkan bolehnya orang yang sakit untuk tidak menghadiri shalat jama’ Dibolehkan menjamak shalatMenjamak shalat dibolehkan secara umum ketika ada masyaqqah kesulitan. Dari Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu beliau mengatakanجمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” HR. Muslim no. 705.Para ulama mengatakan alasan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak karena ada masyaqqah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakanوالقصر سببه السفر خاصة ، لا يجوز في غير السفر. وأما الجمع فسببه الحاجة والعذر“Dibolehkannya men-qashar shalat hanya ketika safar secara khusus, tidak boleh dilakukan pada selain safar. Adapun menjamak shalat, dibolehkan ketika ada kebutuhan dan udzur” Majmu’ Al Fatawa, 22/293.Maka, orang yang sakit jika sakitnya membuat ia kesulitan untuk shalat pada waktunya masing-masing, dibolehkan baginya untuk menjamak Dibolehkan shalat sambil duduk jika tidak mampu berdiri4. Dibolehkan shalat sambil berbaring jika tidak mampu dudukJika orang yang sakit masih sanggup berdiri tanpa kesulitan, maka waijb baginya untuk berdiri. Karena berdiri adalah rukun shalat. Shalat menjadi tidak sah jika ditinggalkan. Dalil bahwa berdiri adalah rukun shalat adalah hadits yang dikenal sebagai hadits al musi’ shalatuhu, yaitu tentang seorang shahabat yang belum paham cara shalat, hingga setelah ia shalat Nabi bersabda kepadanyaارجِعْ فَصَلِّ فإنك لم تُصلِّ“Ulangi lagi, karena engkau belum shalat”Menunjukkan shalat yang ia lakukan tidak sah sehingga tidak teranggap sudah menunaikan shalat. Kemudian Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengajarkan shalat yang benar kepadanya dengan bersabdaإذا قُمتَ إلى الصَّلاةِ فأسْبِغ الوُضُوءَ، ثم اسْتقبل القِبْلةَ فكبِّر…“Jika engkau berdiri untuk shalat, ambilah wudhu lalu menghadap kiblat dan bertakbirlah…” HR. Bukhari 757, Muslim 397.Namun jika orang yang sakit kesulitan untuk berdiri dibolehkan baginya untuk shalat sambil duduk, dan jika kesulitan untuk duduk maka sambil berbaring. Dari Imran bin Hushain radhiallahu anhu, beliau mengatakanكانتْ بي بَواسيرُ ، فسأَلتُ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم عنِ الصلاةِ ، فقال صَلِّ قائمًا ، فإن لم تستَطِع فقاعدًا ، فإن لم تستَطِعْ فعلى جَنبٍ“Aku pernah menderita penyakit bawasir. Maka ku bertanya kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam mengenai bagaimana aku shalat. Beliau bersabda shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu maka shalatlah sambil duduk, jika tidak mampu maka shalatlah dengan berbaring menyamping” HR. Al Bukhari, no. 1117.Dalam riwayat lain disebutkan tambahanفإن لم تستطع فمستلقياً“Jika tidak mampu maka berbaring telentang”Tambahan riwayat ini dinisbatkan para ulama kepada An-Nasa`i namun tidak terdapat dalam Sunan An-Nasa`i. Namun para ulama mengamalkan tambahan ini, yaitu ketika orang sakit tidak mampu berbaring menyamping maka boleh berbaring Dibolehkan shalat semampunya jika kemampuan terbatasJika orang yang sakit sangat terbatas kemampuannya, seperti orang sakit yang hanya bisa berbaring tanpa bisa menggerakkan anggota tubuhnya, namun masih berisyarat dengan kepala, maka ia shalat dengan sekedar gerakan Jabir radhiallahu’anhu beliau berkataعاد صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ مريضًا فرآه يصلي على وسادةٍ ، فأخذها فرمى بها ، فأخذ عودًا ليصلي عليه ، فأخذه فرمى به ، وقال صلِّ على الأرضِ إن استطعت ، وإلا فأوم إيماءً ، واجعل سجودَك أخفضَ من ركوعِك“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda shalatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` isyarat kepala. Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmu“ HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 2/306, dishahihkan Al Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi, 78.Makna al-imaa` dalam Lisanul Arab disebutkanالإيماءُ الإشارة بالأَعْضاء كالرأْس واليد والعين والحاجب“Al-Imaa` artinya berisyarat dengan anggota tubuh seperti kepala, tangan, mata, dan alis.”Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin mengatakanفإن كان لا يستطيع الإيماء برأسه في الركوع والسجود أشار في السجود بعينه، فيغمض قليلاً للركوع، ويغمض تغميضاً للسجود“Jika orang yang sakit tidak sanggup berisyarat dengan kepala untuk rukuk dan sujud maka ia berisyarat dengan matanya. Ia mengedipkan matanya sedikit ketika rukuk dan mengedipkan lebih banyak ketika sujud.” [2]6. Dibolehkan tidak menghadap kiblat jika tidak mampu dan tidak ada yang membantuMenghadap kiblat adalah syarat shalat. Orang yang sakit hendaknya berusaha tetap menghadap kiblat sebisa mungkin. Atau ia meminta bantuan orang yang ada disekitarnya untuk menghadapkan ia ke kiblat. Jika semua ini tidak memungkinkan, maka ada kelonggaran baginya untuk tidak menghadap kiblat. Syaikh Shalih Al-Fauzan menyatakanوالمريض إذا كان على السرير فإنه يجب أن يتجه إلى القبلة إما بنفسه إذا كان يستطيع أو بأن يوجهه أحد إلى القبلة، فإذا لم يستطع استقبال القبلة وليس عنده من يعينه على التوجه إلى القبلة، يخشى من خروج وقت الصلاة فإنه يصلي على حسب حاله“Orang yang sakit jika ia berada di atas tempat tidur, maka ia tetap wajib menghadap kiblat. Baik menghadap sendiri jika ia mampu atau pun dihadapkan oleh orang lain. Jika ia tidak mampu menghadap kiblat, dan tidak ada orang yang membantunya untuk menghadap kiblat, dan ia khawatir waktu shalat akan habis, maka hendaknya ia shalat sebagaimana sesuai keadaannya”[3]Orang yang sakit tentunya memiliki keadaan yang beragam dan bervariasi, sehingga tidak memungkinkan kami merinci tata cara shalat untuk semua keadaan yang mungkin terjadi pada orang sakit. Namun prinsip dasar dalam memahami tata cara orang sakit adalah hendaknya orang sakit berusaha sebisa mungkin menepati tata cara shalat dalam keadaan sempurna, jika tidak mungkin maka mendekati sempurna. Allah Ta’ala berfirmanفَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ“Maka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmu” QS. At Taghabun 16.Nabi Shallallahu’alahi Wasallam bersabdaسدِّدوا وقارِبوا“Berbuat luruslah, atau jika tidak mampu maka mendekati lurus” HR. Bukhari no. 6467.Kaidah fikih yang disepakati ulamaما لا يدرك كله لا يترك كله“Sesuatu yang tidak bisa digapai semuanya, maka tidak ditinggalkan semuanya”Berikut ini tata cara shalat bagi orang yang kami ringkaskan dari penjelasan Syaikh Sa’ad bin Turki Al-Khatslan[4] dan Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin [5]1. Tata cara shalat orang yang tidak mampu berdiriOrang yang tidak mampu berdiri, maka shalatnya sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai berikutYang paling utama adalah dengan cara duduk bersila. Namun jika tidak memungkinkan, maka dengan cara duduk apapun yang mudah untuk menghadap ke kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan membungkukkan badan sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua telapak tangan di sujudnya sama sebagaimana sujud biasa jika memungkinkan. Jika tidak memungkinkan maka, dengan membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika tasyahud dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti Tata cara shalat orang yang tidak mampu dudukOrang yang tidak mampu berdiri dan tidak mampu duduk, maka shalatnya sambil berbaring. Shalat sambil berbaring ada dua macama. ala janbin berbaring menyampingIni yang lebih utama jika memungkinkan. Tata caranyaBerbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tidak bisa menyamping ke kanan maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah mustalqiyan telentangJika tidak mampu berbaring ala janbin, maka mustalqiyan. Tata caranyaBerbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau semisalnya sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat maka tidak bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana ketika shalat dalam keadaan berdiri. Yaitu tangan diangkat hingga sejajar dengan telinga dan setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit, ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadits Jabir. Kedua tangan diluruskan ke arah sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah Tata cara shalat orang yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya lumpuh totalJika tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya namun bisa menggerakkan mata, maka shalatnya dengan gerakan mata. Karena ini masih termasuk makna al-imaa`. Ia kedipkan matanya sedikit ketika takbir dan rukuk, dan ia kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam tidak mampu menggerakan anggota tubuhnya sama sekali namun masih sadar, maka shalatnya dengan hatinya. Yaitu ia membayangkan dalam hatinya gerakan-gerakan shalat yang ia kerjakan disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan shalat. Jika lisan tidak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan shalat pun dibaca dalam semoga Allah Ta’ala senantiasa memberikan afiyah dan salamah kepada pembaca sekalian, dan semoga Allah senantiasa menolong kita untuk tetap dapat beribadah dalam kondisi sakit. Wallahu waliyyu dzalika wal qadiru juga Macam-macam Doa Iftitah—Penulis Yulian Purnama Artikel kaki[1] Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah[3] Video youtube Majmu Fatawa war Rasail Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin 15/229, Asy Syamilah
AsrorunNiam Jelaskan Hukum Tak Sholat Jumat 3 Kali Berturutan Karena Corona (Foto: dok.BNPB) Jakarta -. Majelis Ulama Indonesia atau MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa selama ada virus corona
ORANG yang sakit tidak sama dengan yang sehat. Semua harus berusaha melaksanakan kewajibannya menurut kemampuan masing-masing. Sehingga nampaklah keindahan syari’at dan kemudahannya. Satu hal yang pasti, orang sakit pun tetap dikenai kewajiban shalat. Bagaimana tata cara shalat orang sakit? Sebelum mengetahui tata cara sholat, diantara hukum-hukumyang berhubungan dengan orang sakit dalam ibadah sholatnya adalah diperbolehkan baginya untuk men-jama’ menggabung antara shalat Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya baik dengan jama’ taqdim atau ta’khir. Hal ini melihat kepada yang termudah baginya. Sedangkan shalat Shubuh maka tidak boleh dijama’ karena waktunya terpisah dari shalat sebelum dan sesudahnya. Diantara dasar kebolehan ini adalah hadits Ibnu Abas radhiallahu anhuma yang menyatakan BACA JUGA 2 Waktu Shalat Dhuha yang Terlarang, Perhatikan “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam telah menjama’ antara Zhuhur dan Ashar, Maghrib dan Isya’ di kota Madinah tanpa sebab takut dan hujan. Abu Kuraib berkata Aku bertanya kepada Ibnu Abas radhiallahu anhuma Mengapa beliau berbuat demikian? Beliau radhiallahu anhuma menjawab Agar tidak menyusahkan umatnya,” HR. Muslim no. 705 Tata cara sholat orang sakit Dan kemudahan itu adalah mengetahui tata cara shalat orang yang sakit sesuai petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan penjelasan para ulama. Foto Freepik 1-Tata cara sholat orang sakit Diwajibkan atas orang yang sakit untuk sholat berdiri apabila mampu dan tidak khawatir sakitnya bertambah parah, karena berdiri dalam sholat wajib adalah salah satu rukunnya. 2-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang mampu berdiri namun tidak mampu ruku’ atau sujud tetap tidak gugur kewajiban berdirinya. Ia harus sholat berdiri dan bila tidak bisa rukuk maka menunduk untuk rukuk. Bila tidak mampu membongkokkan punggungnya sama sekali maka cukup dengan menundukkan lehernya, Kemudian duduk lalu menunduk untuk sujud dalam keadaan duduk dengan mendekatkan wajahnya ke tanah sedapat mungkin. 3-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berdiri maka melakukan sholat wajib dengan duduk. 4-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu melakukan shalat berdiri dan duduk maka boleh melakukannya dengan berbaring miring, boleh dengan miring ke kanan atau ke kiri dengan menghadapkan wajahnya ke arah kiblat. Foto Freepik Hal ini dilakukan dengan dasar sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam hadits Imrân bin al-Hushain “Shalatlah dengan berdiri, apabila tidak mampu maka duduklah dan bila tidak mampu juga maka berbaringlah,” HR. Al-Bukhari. No. 1117. BACA JUGA 8 Hal yang Harus Dilakukan Saat Kita Sakit 5-Tata cara sholat orang sakit Orang sakit yang tidak mampu berbaring miring, maka boleh melakukan shalat dengan terlentang dan menghadapkan kakinya ke arah kiblat karena hal ini lebih dekat kepada cara berdiri. Misalnya bila kiblatnya arah barat maka letak kepalanya di sebelah timur dan kakinya di arah barat. 6-Tata cara sholat orang sakit Apabila tidak mampu menghadap kiblat dan tidak ada yang mengarahkannya atau membantu mengarahkannya ke kiblat, maka shalat sesuai keadaannya tersebut. 7-Tata cara sholat orang sakit Orang yang sakit dan tidak mampu melakukan seluruh keadaan di atas. Ia tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya dan tidak mampu juga dengan matanya, maka ia sholat dengan hatinya. Shalat tetap diwajibkan selama akal seorang masih sehat. []
Sampai tahap terpaksa pakai tuala wanita, kalau teruk pakai pampers pulak"- Setahun Bebas Kanser Limfoma Hodgkin, Remaja Diuji Kanser Usus Tahap 3 Pula. Tapi tak sakit pun" "Agak sukar khusunya sewaktu berada di tandas awam atau nak solat di surau, orang pandang pelik tengok keluar dari tandas lelaki bawa tuala wanita"
Jakarta Sholat merupakan suatu kewajiban yang harus dilaksanakan untuk mendapat ridha Allah SWT. Tentu sebagai umat Islam tidak boleh meninggalkan sholat, meski hanya satu waktu. Di tengah kondisi sakitpun, sholat masih bisa dikerjakan. Tata Cara Salat yang Benar, Lengkap dengan Bacaannya Tata Cara Sholat Dhuha 2 Rakaat, Lengkap Bacaan Niat dan Waktu Terbaik Menjalankannya Bacaan Doa Sholat Hajat Arab, Latin, dan Artinya Sakit bukan menjadi penghalang umat muslim meninggalkan sholat, bahkan Allah SWT memberi keringanan kepada orang sakit untuk menjalankannya. Keringanan tersebut berupa boleh tayamum dan bisa melakukan sholat dengan posisi duduk maupun berbaring bagi yang sakitnya parah. Tata cara sholat bagi orang sakit, berbeda dengan gerakan sholat pada umumnya. Tercantum dalam kitab suci Al-Quran, surah Al-Baqarah ayat 185, Allah berfirman “Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu.” Al-Baqarah ayat 185 Berikut ulas mengenai tata cara sholat posisi berbaring bagi orang sakit dan bacaan niat yang telah dirangkum dari berbagai sumber, Rabu 27/4/2022.Sholat Idul Fitri bagi umat muslim akan segera tiba. Ini dia syarat sholat ied massal versi fatwa MUI di masa pandemi Corona Cara Wudhu atau Bersuci Bagi Orang SakitIlustrasi tayamum yang benar. Suci merupakan salah satu syarat sah sholat yang berarti tetap harus dijalani bagi umat islam yang akan beribadah walau dalam keadaan sakit. Menjalankan sholat dengan mengikuti tata cara sholat duduk berarti juga bisa mengikuti tata cara bersuci bagi orang sakit berikut ini. 1. Wajib bagi orang yang sakit untuk mandi, sebagai bentuk membersihkan diri dari hadas besar lalu berwudhu untuk menghilangkan hadas kecil. 2. Jika tidak mampu mengambil air wudhu karena suatu halangan atau khawatir sakitnya akan bertambah parah, maka diperbolehkan tayamum. Berikut tata cara tayamum yang benar a. Membaca niat sebelum tayamum, lalu menekan kedua telapak tangan di tanah atau debu. Jari-jari kedua telapak tangan dirapatkan. Niat yang dibaca saat melaksanakan tayamum Nawaytu tayammuma li istibaakhati sholati lillahi ta'ala. Artinya “Aku niat melakukan tayamum agar dapat mengerjakan shalat fardlu karena Allah taala.” b. Mengusap wajah dengan tanah atau debu. Dianjurkan meratakan debu pada seluruh bagian wajah. c. Tekan kedua telapak tangan di tanah atau debu kembali, jari-jari direnggangkan. d. Usap telapak tangan kiri ke punggung lengan kanan sampai siku. Kemudian, balikkan telapak tangan kiri ke bagian dalam lengan kanan. Usap bagian tersebut hingga ke pergelangan. Lalu lanjutkan dari telapak tangan kanan untuk usap punggung tangan kiri hingga siku. e. Usap bagian dalam jempol kiri ke bagian punggung jempol kanan. Lakukan hal yang sama pada tangan kiri. f. Selanjutnya, satukan kedua telapak tangan dan usapkan di antara jari-jari. g. Membaca doa setelah tayamum. Doa setelah tayamum sama seperti setelah berwudhu, yaitu Asyhadu Allaa Ilaaha Illalloohu Wandahuu Laa. Syariika Lahu Wa Asyhadu Anna Muhammadan 'Abduhuuwa Rosuuluhuu, Alloohummaj'alnii Minat Tawwaabiina Waj'alnii Minal Mutathohhiriin. Artinya “Aku mengaku bahwa tidak ada Tuhan selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku mengaku bahwa Nabi Muhammad itu adalah hamba dan Utusan Allah. Ya Allah, jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang bersuci sholeh.” 3. Apabila orang yang sakit memiliki luka atau di gips, maka usapkan air cukup sekali saja sebagai ganti membasuhnya. 4. Pastikan orang yang sakit menggunakan pakaian yang bersih ketika akan menunaikan sholat. Tidak terkena najis atau kotoran yang bisa membatalkan. Jika tidak memungkinkan, maka bisa sholat seadanya. 5. Sholat di tempat yang suci juga, jika ada najis sebaiknya diganti atau dibersihkan. Bisa juga menghamparkan kain bersih untuk alas melakukan sholat dalam posisi berbaring, dapat dilakukan jika orang sakit tidak dapat mengerjakan sholat dengan duduk. Dilakukan dengan posisi tidur terlentang, wajah menghadap kiblat dan posisi bantal lebih tinggi. Berikut tata cara sholat posisi berbaring adalah 1. Cara mengerjakan ruku cukup menggerakkan kepala ke muka atau sedikit menekuk. 2. Cara mengerjakan sujud dengan menggerakkan kepala lebih dalam ke muka atau lebih ditundukkan. Jikalau ada sakit yang menghalangi kedua gerakan tersebut, semisal leher di gips. Orang sakit bisa melakukan dengan isyarat mata yang dibuka dan ditutup sebagai ganti gerakan. 3. Posisi tidur juga bisa dengan cara badan miring ke kanan atau ke arah kiblat. Gerakan ruku dan sujud pun sama. 4. Jika semua cara di atas tidak memungkinkan sama sekali, orang sakit bisa menunaikan sholat dalam hati, selama akal dan jiwa masih ada. Jika orang sakit merasa kesulitan akan hal tersebut, diperbolehkan pula untuk mengerjakan sholat dengan jama taqdim. Seperti menggabungkan sholat Dzuhur dan Ashar di waktu tanda adzan Dzuhur. Selanjutnya tata cara sholat bagi orang sakit sedang dalam perawatan di luar negeri, diperbolehkan pula untuk menunaikan dengan cara menqashar sholat. Sehingga bisa melakukan sholat Dzuhur, Ashar, dan Isya cukup 2 Niat Sholat Lima WaktuSetiap sholat tentu berbeda niatnya. Berikut bacaan niat dalam cara sholat lima waktu, yaitu 1. Sholat Subuh Sholat subuh dikerjakan paling awal yakni sejak terbitnya fajar dan berakhir hingga terbitnya matahari. Jumlah rakaat sholat subuh yaitu 2 rakaat. Berikut bacaan niat sholat subuh, yaitu “Usholli fardha shubhi rak’ataini mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Artinya “Aku niat salat fardu subuh, dua rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala”. 2. Sholat Dzuhur Selanjutnya ada sholat dzuhur, dikerjakan pada pertengahan hari atau siang hari saat matahari tepat berada di atas kepala sampai panjang bayangan melebihi benda. Jumlah rakaat shokat dzuhur yaitu 4 rakaat. Berikut ini bacaan niat sholat dzuhur, yaitu “Usholli fardha dzuhri arba’a raka`aatin mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Artinya “Aku niat salat fardu dzuhur, empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala”. 3. Sholat Ashar Sholat ashar dikerjakan ketika panjang bayangan benda telah melebihi benda tersebut hingga tenggelamnya matahari. Jumlah rakaat sholat ashar yaitu 4 rakaat. Berikut ini bacaan niatnya, yaitu “Usholli fardha ashri arba’a raka`aatin mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Artinya “Aku niat salat fardu ashar, empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala". 4. Sholat Maghrib Sholat maghrib dikerjakan mulai dari tenggelamnya matahari, hingga mega merah yang ada di langit sudah tidak tampak lagi. Jumlah rakaat sholat maghrib ada 3 rakaat. Berikut ini bacaan niatnya, yaitu “Usholli fardha maghribi tsalaatsa raka`aatin mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Artinya “Aku niat salat fardu maghrib, tiga rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala”. 5. Sholat Isya' Sholat fardu yang terakhir yaitu sholat Isya' yang dapat dikerjakan sejak langit sudah mulai gelap hingga terbitnya fajar shadiq. Jumlah rakaat sholat Isya' ada 4 rakaat. Berikut ini bacaan niatnya, yaitu “Usholli fardha isyaa`i arba’a raka`aatin mustaqbilal qiblati adaa`an lillaahi ta’aala”. Artinya “Aku niat salat fardu isya, empat rakaat, menghadap kiblat, tepat waktu, karena Allah ta’ala”. * Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan. Ramaijugak orang walaupun dah lewat macamtu.. sampai-sampai memang terus pergi dekat tempat pampers je.. Sebab memang dah cakap nak pampers je! Jangan beli benda lain..Tengah-tengah duk survey tu, terlalu la jugak kedai jual sandle bunyi-bunyi.. Dalam taknak-taknak beli benda lain tu, sandle tu la yang dulu kitorang beli berbanding pampers Jakarta - Sholat merupakan tiang agama. Bagi umat muslim, wajib melaksanakan sholat di tengah kondisi apa pun. Baik saat kondisi sakit pun selama masih berakal dan sudah baligh, sholat wajib dikerjakan. Allah SWT memberi keringanan kepada orang sakit untuk tetap menjalankan sholat. Tata cara sholat bagi orang sakit, berbeda dengan gerakan sholat pada umumnya. Tercantum dalam kitab suci Al-Quran, surah Al-Baqarah ayat 185, Allah berfirman Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Bacaan Sholat 5 Waktu Lengkap, Niat, Arti hingga Salam, Pahami Rukunnya Hati Menjadi Tenang, 5 Keutamaan Sholat Tepat Waktu Backpacker Bisa Tunaikan Sholat di Alam, Begini Ketentuannya Berikut dirangkum dari Merdeka, Kamis 7/10/2021, mengenai tata cara sholat bagi orang sakit. Orang yang sedang sakit diberi kemudahan dalam sholat, dimulai dari cara wudhu dapat diganti dengan tayamum, begitu juga dengan gerakan sholat yang lebih ringan. Selain itu, orang yang sedang sakit diperbolehkan pula untuk mengerjakan sholat dengan jama taqdim, seperti menggabungkan sholat zuhur dan ashar di waktu zuhur tiba. * Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang Mengenalkan Sholat Kepada Sang Buah Hati Lewat Animasi Ini
Sekarangni aku dah berjaya ajar hasanah utk tak pakai pampers sebelah siang, sebelah malam sahaja pakai 1 pampers. sekarang ni sebulan kos untuk pampers tak sampai rm30. Tambahan saya: Jangan lupa solat hajat dan bernazar, jika anak berjaya meninggalkan 'cengkaman dan belengu' pampers maka akan berpuasalah suami isterinya sehari etc
Pembaca SHALAT MENGGUNAKAN PAMPERS Dari UMI YAYAT. Mau tanya tentang sholat orang yang sakit yang menggunakan pempes? Jawaban Waalaikumussalamu warahmatullahi wabarakatuh. Kondisi seperti ini yang mana seseorang selalu mengeluarkan najis dari dalam dirinya dengan tanpa kontrol dan kondisi lain seperti orang yang selalu buang angin terus-terusan atau buang air terus-terusan dan lainnya, dianalogikan dengan kondisi wanita yang sedang istihadhah. Nabi bersabda “Jangan kamu tinggalkan shalat, istihadah ini adalah urat. Akan tetapi hendaknya kamu tinggalkan shalat sesuai jumlah hari di masa haidh. Lalu mandi dan shalatlah.” [HR Bukhari] Maka wanita istihadhah membersihkan darahnya lalu meletakkan secarik kain atau pembalut di kemaluannya lalu ia wudhu setiap kali akan shalat. Demikian pula orang yang selalu memakai kateter atau pampers karena sakit. Ia bersihkan najis lalu pakai pampers yang suci dan wudhu setiap kali akan shalat. Satu wudhu untuk satu shalat. Jika penggunaan air dilarang oleh dokter maka ia tayammum. Dan orang yang sakit parah diperkenankan menjamak shalatnya. Sebagian ulama berkata “Jika air kencing keluar terus menerus maka setiap kali kencing terkumpul di kateter/pampers dan bocor, maka ia wudhu tiap kali masuk waktu shalat dan menyumbat dengan sesuatu di kemaluannya lalu ia shalat dan tidak mengapa jika masih ada air kencing yang keluar.”
Shalat Orang Sakit" 57 barang. Buku Tuntunan Praktis Shalat Orang Sakit. Rp21.600. Bantul. Toko Muslim. Buku Tata Cara Shalat Bagi Orang Sakit. Rp14.400.
Shalat adalah salah satu penanda keislaman seorang Muslim. Shalat yang merupakan rukun Islam wajib dikerjakan dalam kondisi apapun, bahkan meski ketika sakit Ta’ala berfirmanفَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ“Maka bertakwalah kamu kepada Allah semaksimal kemampuanmu” QS. At Taghabun 16.Berikut adalah cara shalat ketika sakit yang telah diringankan oleh Allah SWT1. Shalat di rumahBagi pria, shalat diwajibkan dilakukan di mesjid secara berjamaah. Namun ketika mendapat sakit atau udara terasa sangat dingin, maka dibolehkan untuk shalat di rumah Ibnu Umar radhiallahu’anhumaكَانَ يَأْمُرُ مُؤَذِّنًا يُؤَذِّنُ ، ثُمَّ يَقُولُ عَلَى إِثْرِهِ ‏‏ ” أَلَا صَلُّوا فِي ‏‏الرِّحَالِ ‏” فِي اللَّيْلَةِ الْبَارِدَةِ أَوْ الْمَطِيرَةِ فِي السَّفَرِ“Dahulu Nabi memerintahkan muadzin beradzan lalu di akhirnya ditambahkan lafadz /shalluu fii rihaalikum/ shalatlah di rumah-rumah kalian ketika malam sangat dingin atau hujan dalam safar” HR. Bukhari no. 616, Muslim no. 699.Dari Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, ia berkataخرجنا مع رسولِ اللهِ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ في سفرٍ . فمُطِرْنا . فقال ” ليُصلِّ من شاء منكم في رَحْلِه ““Kami pernah safar bersama Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam, lalu turunlah hujan. Beliau besabda bagi kalian yang ingin shalat di rumah dipersilakan” HR. Muslim no. 698.Baca jugaKeutamaan Shalat FajarKeutamaan Shalat Tahiyatul MasjidTata Cara Shalat JamakShalat dalam KendaraanTata Cara Sholat Sunnah Rawatib2. Menjamak shalatKetika seorang yang sedang sakit mengalami kesulitan untuk mengerjakan shalat tepat waktu, maka ia dibolehkan Abdullah bin Abbas radhiallahu’anhu beliau mengatakanجمع رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّمَ بين الظهرِ والعصرِ ، والمغربِ والعشاءِ بالمدينةِ من غيرِ خوفٍ ولا مطرٍ“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menjamak shalat Zhuhur dan shalat Ashar, dan menjamak shalat Maghrib dan Isya, di Madinah padahal tidak sedang dalam ketakutan dan tidak hujan” HR. Muslim no. 705.Para ulama mengatakan alasan Nabi Shallallahu’alaihi Wasallammenjamak karena ada masyaqqah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakanوالقصر سببه السفر خاصة ، لا يجوز في غير السفر. وأما الجمع فسببه الحاجة والعذر“Dibolehkannya men-qashar shalat hanya ketika safar secara khusus, tidak boleh dilakukan pada selain safar. Adapun menjamak shalat, dibolehkan ketika ada kebutuhan dan udzur” Majmu’ Al Fatawa, 22/293.Baca jugaManfaat Shalat TarawihFadhilah Tarawih Setiap MalamShalat Tarawih bagi WanitaShalat Lailatul QadarHukum shalat berjamaah dengan pacar 3. Bersuci saat sakitMeskipun sedang sakit, seseorang wajib bersuci sebelum shalat. Jika ia masih mampu, maka ia wajib bersuci dengan air. Namun jika ia tidak mampu, maka boleh dibantu oleh orang lain untuk tidak bisa juga, ia boleh bersuci dengan tayamum. Caranya adalah dengan mengepulkan kedua telapak tangannya pada tanah yang suci atau dinding yang berdebu, lalu mengusapkannya pada wajah dan telapak Shalat sambil dudukRasulullah shallallahu alaihi wa sallam juga pernah ditanya tentang seseorang yang sakit wasir, sehingga sulit berdiri ketika shalat. Beliau menasehatkan,صَلِّ قائماً، فإِن لم تستطع فقاعداً، فإِن لم تستطع فعلى جَنب“Shalatlah sambil berdiri, jika kamu tidak mampu sambil duduk, dan jika kamu tidak mampu, sambil berbaring miring.” HR. Bukhari 1117.Jika tidak sanggup untuk berdiri, maka diperbolehkan untuk shalat dengan cara duduk. Adapun duduk yang disarankan adalah dengan bersila. Jika tidak bisa juga, maka dibolehkan untuk duduk dengan meluruskan kaki ke Shalat sambil berbaringNabi shallallahu alaihi wa sallam bersabdaمن صلى قائماً فهو أفضل، ومن صلّى قاعداً فله نصف أجر القائم، ومن صلى نائماً فله نصف أجر القاعد“Orang yang shalat sambil berdiri adalah yang paling baik. Orang yang shalat sambil duduk mendapat pahala separo dari yang berdiri. Orang yang shalat sambil berbaring mendapat pahala separo dari yang duduk.” HR. Bukhari 1116 dan Muslim 735.Jika tidak bisa shalat dengan cara duduk, maka diperbolehkan untuk duduk dengan cara berbaring. Arahkan kedua kaki ke arah kiblat lalu baringkan tubuh ke arah kanan menghadap kiblat. Beri bantal di kepala agar menjadi agak jugaShalat DhuhaShalat IstikharahMacam – Macam Shalat SunnahKeutamaan Shalat TarawihKeutamaan Shalat Tarawih Berjamaah5. Shalat dengan isyaratDari Jabir radhiallahu’anhu beliau berkataعاد صلى اللهُ عليهِ وسلَّمَ مريضًا فرآه يصلي على وسادةٍ ، فأخذها فرمى بها ، فأخذ عودًا ليصلي عليه ، فأخذه فرمى به ، وقال صلِّ على الأرضِ إن استطعت ، وإلا فأوم إيماءً ، واجعل سجودَك أخفضَ من ركوعِك“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam suatu kala menjenguk orang yang sedang sakit. Ternyata Rasulullah melihat ia sedang shalat di atas bantal. Kemudian Nabi mengambil bantal tersebut dan menjauhkannya. Ternyata orang tersebut lalu mengambil kayu dan shalat di atas kayu tersebut. Kemudian Nabi mengambil kayu tersebut dan menjauhkannya. Lalu Nabi bersabda shalatlah di atas tanah jika kamu mampu, jika tidak mampu maka shalatlah dengan imaa` isyarat kepala. Jadikan kepalamu ketika posisi sujud lebih rendah dari rukukmu“ HR. Al Baihaqi dalam Al Kubra 2/306, dishahihkan Al Albani dalam Shifatu Shalatin Nabi, 78.Jika tubuh sama sekali tidak bisa bergerak dan hanya bisa mengedipkan mata, maka dibolehkan untuk shalat dengan isyarat atau kedipan Cara rukuk saat shalat dengan dudukAdapun cara rukuk ketika shalat dengan duduk adalah dengan sedikit membungkukkan badan sambil kedua tangan menyentuh Cara rukuk saat shalat dengan berbaringSedangkan cara rukuk ketika shalat dengan berbaring adalah dengan sedikit menundukkan Cara rukuk saat shalat dengan isyaratRukuk dengan isyarat cukup dilakukan dengan mengedipkan mata sebagai tanda sedang melakukan Cara sujud saat shalat dengan dudukSujud dilakukan seperti biasanya jika ia masih sanggup untuk melakukan sujud. Namun jika hanya bisa duduk maka dibolehkan untuk sujud dengan menundukkan kepala lebih jugaPergaulan Dalam IslamCinta Sejati Dalam Islam Kisah Cinta Fatimah Az ZahraTa’aruf Menurut IslamCinta Menurut Islam10. Cara sujud saat shalat dengan berbaringCara sujud saat shalat dengan berbaring hampir sama dengan cara mengerjakan rukuk, hanya saja tundukkan kepala lebih dalam dibandingkan Cara sujud saat shalat dengan isyaratSama seperti rukuk, mengerjakan sujud ketika shalat dengan isyarat dilakukan dengan mengedipkan mata Salam saat shalat dengan duduk, berbaring, dan isyaratKetika mengerjakan shalat dengan duduk dan berbaring, maka salam dilakukan seperti biasa. Namun ketika shalat dengan isyarat, maka salam dilakukan dengan kedipan mata. Setiap gerakan dalam shalat dengan isyarat dibedakan dengan kedipan artikel tentang cara shalat orang yang sakit. Sakit tidak akan menghalangi kewajiban shalat seorang Muslim selama ia masih memiliki akal. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
Gejalaumum termasuk pilek, batuk, sakit tenggorokan, dan mungkin sakit kepala. Mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terutama yang muda dan orang tua, berisiko terkena virus ini menjadi penyakit saluran pernapasan yang lebih serius. • Virus Corona Disinyalir Senjata Biologi Buatan China, Sempat Ditakuti Keluar dari Laboratorium
Salat diwajibkan untuk semua Muslim yang balig dan berakal. Mereka adalah mukalaf, orang yang terkena beban syariat. Yang dibolehkan untuk meninggalkan salat hanyalah anak yang belum balig dan orang yang tak wanita yang sedang nifas dan haid diperbolehkan untuk tidak salat. Lantas, bagaimana dengan orang yang sakit? Orang yang sakit tetap diwajibkan untuk salat. Namun, ada beberapa keringanan bagaimana dengan orang yang tak mampu berdiri, tak mampu duduk, bahkan tak mampu menggerakkan tubuhnya? Simak tata cara salat bagi orang sakit di bawah ini!1. Bagi yang tidak mampu berdiri yang tak mampu berdiri, diperbolehkan salat sambil duduk. Dengan ketentuan sebagai berikut Dengan duduk bersila. Jika tak memungkinkan, diperbolehkan duduk dengan cara apa pun yang mudah dilakukan. Duduk menghadap ke kiblat. Namun jika tidak memungkinkan, maka tidak mengapa. Cara bertakbir dan bersedekap sama seperti salat dalam keadaan berdiri. Tangan di angkat hingga sejajar dengan telinga, kemudian tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri. Cara rukuknya yaitu membungkukkan badan sedikit. Ini merupakan bentuk imaa sebagaimana dalam hadis Jabir. Lalu, kedua telapak tangan di lutut. Cara sujudnya juga sama sebagaimana sujud biasa, jika memungkinkan. Jika tak memungkinkan, maka membungkukkan badannya lebih banyak dari ketika rukuk. Cara tasyahud yaitu dengan meletakkan tangan di lutut dan melakukan tasyahud seperti biasa. Baca Juga Tata Cara Salat Gerhana Matahari, Bacaan Niat Salat Kusuf Menurut PBNU 2. Bagi orang yang tidak mampu duduk sekaligus seseorang sakit dan tak mampu berdiri maupun duduk, maka diperbolehkan untuk salat sambil berbaring. Salat sambil berbaring ada dua macam, yaitu ala janbin berbaring menyamping dan mustalqiyan telentang. 1. ala janbin berbaring menyamping Berbaring menyamping ke kanan dan ke arah kiblat jika memungkinkan. Jika tak bisa menyamping ke kanan, maka menyamping ke kiri namun tetap ke arah kiblat. Jika tidak memungkinkan untuk menghadap kiblat, maka tidak mengapa. Cara bertakbir dan bersedekap sama seperti salat dalam keadaan berdiri. Tangan diangkat sejajar dengan telinga, setelah itu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri. Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit. Ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadis Jabir. Kemudian, kedua tangan diluruskan ke arah lutut. Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut. Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut, namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat. 2. mustalqiyan telentang Berbaring telentang dengan kaki menghadap kiblat. Yang utama, kepala diangkat sedikit dengan ganjalan seperti bantal atau apa pun sehingga wajah menghadap kiblat. Jika tidak memungkinkan, maka tidak mengapa. Cara bertakbir dan bersedekap sama sebagaimana salat dalam keadaan berdiri. Cara rukuknya dengan menundukkan kepala sedikit. Ini merupakan bentuk imaa` sebagaimana dalam hadis Jabir. Kemudian, kedua tangan diluruskan ke arah lutut. Cara sujudnya dengan menundukkan kepala lebih banyak dari ketika rukuk. Kedua tangan diluruskan ke arah lutut. Cara tasyahud dengan meluruskan tangan ke arah lutut, namun jari telunjuk tetap berisyarat ke arah kiblat. 3. Bagi yang tidak mampu menggerakkan anggota tubuhnya tak mampu menggerakkan anggota tubuh, namun bisa menggerakkan mata, maka diperbolehkan untuk salat dengan menggerakkan mata. Ini masih termasuk makna al-imaa`.Kedipkan mata sedikit ketika takbir dan rukuk, kemudian kedipkan banyak untuk sujud. Disertai dengan gerakan lisan ketika membaca bacaan-bacaan salat. Jika lisan tak mampu digerakkan, maka bacaan-bacaan salat pun dapat dibaca dalam tak mampu menggerakkan anggota tubuh sama sekali, namun masih sadar, maka salat dilakukan dengan hati. Maksudnya adalah membayangkan dalam hati gerakan-gerakan salat yang disertai gerakan lisan ketika membaca bacaan salat. Jika lisan tak mampu digerakkan, maka bacaan salat pun dibaca dalam itu tadi tata cara salat bagi muslim yang dalam keadaan sakit. Dalam kondisi apa pun, jangan sampai meninggalkan salat ya! Baca Juga Wabah COVID-19 Salat Jumat di Istiqlal Diganti Salat Zuhur di Rumah
YG1Q4.
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/322
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/247
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/157
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/355
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/372
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/39
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/242
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/320
  • 3vfbkae5mm.pages.dev/141
  • shalat orang sakit pakai pampers